Translate

Monday, December 8, 2008



Aku ingin menikmati sore
Bersama hatimu
Ketika sore berubah menjadi senja
dan burung-burung terbang kembali ke sarang
Kemanakah kita akan melangkah?



Jakarta, 6 Desember 2008
Ketika sore terlihat begitu indah

Saturday, September 27, 2008

Dalam dingin dan rintik hujan
Ingin kutemani kesendirianmu
Terpaku menatap berlalunya sang waktu
Dalam dingin dan rintik hujan
Kulihat luka di matamu
Ada pedih dalam senyummu
Kucoba bertanya, meski tak kau jawab
Terlalu sakitkah hatimu ?

Jakarta, 26 Juni 2002
Ketika kau terpaku menatap gerimis turun

Aku menangis dalam sepi yang berkepanjangan
Ketika kau tak lagi bisa kurengkuh
Hidup serasa pergi menjauh
Bersama hatiku yang membeku
Tanpamu…

Bandung, Sept 2008
Aku tak tahu harus berbuat apa tanpamu

Sunday, August 24, 2008

Aku merindukanmu malam ini
Dan semua mimpiku berubah jadi sendu
Aku merindukanmu malam ini
Dan semua anganku berubah jadi sepi
Kamu & semua pesonamu
Merubah hari2ku jadi tak berarti
Karena kau tak pernah ada disini

Jakarta, 13 Oktober 2006
Seandainya saja kau tahu betapa dalam rasa rinduku

Aku menunggumu di ujung gelisah
Hari terasa tak berujung
Hati terasa tak bertuan
Sampai kapan aku mesti menunggu
Bergulat bersama gelisahku
Hanya untuk menunggu, meski aku tak tahu kapan kau bisa kurengkuh


Jakarta, 13 Juli 2006
Untuk kamu yang terbang bersama angin
Chao praya dan semua kesedihanmu
Dan rinduku menyatu bersama rindumu
Meski kita terpisah pada penantian yang tak sama
Kamu dan semua dukamu
Aku dan semua masalahku
Kamu dan semua air matamu
Aku dan semua keinginanku
Mungkinkah kita bertemu
Dalam doa
Atau air mata?

Bangkok, Oktober 2006
Aku tak tahu harus berkata apa
Burung-burung putih di atas chao praya
Mengawali kesibukan pagi
Meski aku masih tak bisa melepasmu pergi
Dari hatiku
Dari mimpiku
Dan semua kesedihanmu
Masih juga memburamkan hatiku

Bangkok, Oktober 2006
Pagi yang suram, ketika air matamu tak juga hilang
Sayangku,
Cintaku mengalir seperti air,
Kadang terbang melayang tak tentu arah

Sayangku
Aku tak tahu harus bagaimana
Kadang cinta ini hinggap kadang terbang
Kadang cinta ini meluap kadang menghilang

Aku hanya ingin jujur padamu
Mengapa cinta ini begitu membingungkan


Bandung, 2007
Seandainya aku tahu sedalam apa cintamu padaku
Andai saja besok kita tak lagi punya waktu untuk bertemu
Setidaknya malam ini sudah kuberikan senyum termanis untukmu
Seandainya besok kita tak lagi punya waktu untuk bersama
Setidaknya kau tahu, di hati kita selalu ada cinta
Seandainya besok waktu tak lagi berpihak pada kita
Setidaknya engkau tahu, itu bukan mauku karena aku sangat menyayangimu
Seandainya besok Tuhan memanggilku,
Setidaknya kau tahu, waktu tak akan bisa membunuh cintaku
Dan cintaku akan selalu bersamamu, karena aku selalu ada di hatimu,
Meskipun ragaku tak lagi bersamamu
Setidaknya kau tahu, cintaku akan selalu menjaga setiap langkahmu

Jakarta, 30 Juli 2007
Selamat tidur Sayang,
Kupeluk dirimu dalam kehangatan cintaku
Aku menatap pagi
Dalam kabut dan dingin
Ketika hujan tak lagi menyisakan kenangan
Hidup serasa tak bertepi
Ketika rindu ini tak lagi jadi milikmu
Dan anganku terbang bersama bayangmu

Jakarta, 21 Juli 2006
Ketika pagi menjadi begitu dingin, karena kau tak lagi jadi milikku

Aku memang tidak berhak cemburu,
Ketika kau tinggalkan aku
Dan aku hanya bisa terdiam memandangmu dari jauh
Hari seketika berubah menjadi kelabu
Karena kenangan indah memang hanya kenangan
Sementara kenyataan jauh tertinggal di belakang
Maka kubekukan hatiku
Supaya bisa kusembunyikan perasaan yang tersayat
Supaya bisa kubalut luka di atas luka
dan bisa kututupi duka yang mendalam
Karena memang kau bukan milikku

Bandung, 24Maret 2006
Ketika hari terasa begitu dingin, dan kau pun pergi menjauh

Aku melihat seorang anak kecil,
Dengan kaki-kaki kecil,
Melangkah menyusuri jalanan Jakarta.

Aku melihat seorang anak kecil,
Dengan kaki-kaki kecil,
Berjalan dalam langkah-langkah kecil,
Menyusuri debu Jakarta.

Kakinya menghitam,
Tangannya menghitam ,
Wajahnya menghitam,
Akankah hatinya menghitam ?

Jakarta 8 April 2002
Terima kasih pengamen kecil
Aku melihat kabut di antara gunung
Dan aku melihatmu turun bersama awan
Begitu anggun
Pesonamu akan bertahan seribu tahun

Jakarta, 11 Oktober 2006
Ketika aku melihat kabut di Himalaya, aku sadar, aku merindukanmu
Aku ingin menembus hatimu
Dan menatanya kembali
Sehingga kau bisa tersenyum
Itu saja

Jakarta, 13 April 2002
Aku hanya ingin membuatmu tersenyum
Aku merindukanmu,
Bersama angin & hujan,
Bersama titik2 air yg mengalir di kaca jendela,
Bersama langit yg suram & hatiku yg muram,
Karena aku tak lagi bisa melihat senyummu menari2 di pelupuk mataku
Kamu & semua kerinduanku
Soreku begitu dingin tanpa kehadiranmu



Bogor, 26 Desember 2006
Ketika kulihat gerimis menerpa kaca jendela
Kau patahkan hatiku
Aku benci kamu
Aku tak mau lagi bercerita tentang senja yang indah
Atau musim semi yang menawan
Aku ingin sendiri
Aku benci kamu
Karena kaupatahkan hatiku, atau karena keangkuhanku ?

Jakarta, awal Juli 2002
Aku benci kamu
Aku berada di persimpangan
Dan hatiku tertarik pergi bersamamu
Kamu dan semua yangada padamu
Menarikku hilang bersama kepergianmu

Jakarta, 11 Oktober 2007
Ketika kulihat bayanganmu pergi meninggalkanku

Saturday, August 23, 2008

Aku ingin kau ada disini,
ketika rinduku begitu menggebu
Aku ingin kau ada disini,
Dan tersenyum padaku
Menemani hari-hariku


Ketika bunga gugur,
kuingin kau ada di sini,
Bersamaku menyusuri jalan penuh daun-daun berserakan

Ketika daun gugur,
Kuingin kau ada disini,
Bersamaku menyusuri padang rumput tanpa tepi

Kuingin kau ada disini,
Supaya hatiku bisa kutata kembali

Jakarta, 25 November 2005
Jangan bawa hatiku pergi
Aku dan hatiku
Aku dan cintaku
Aku dan segalanya untukmu
Mengapa begitu membingungkan
Semuanya hanya di awang-awang

Jakarta, 26 Desember 2005
Ketika aku tak tahu harus bagaimana
Aku berlari mengejar Matahari
Kapankah sampai
Ketika bumi mulai gelap dan kabut mulai turun
Aku berusaha mengejar Matahari
Tapi tak pernah sampai
Ketika pandanganku mulai gelap
Akupun tahu
Matahari itu tak kan pernah jadi milikku

Malang, awal September 2001
Ketika Matahari mulai sunyi
Aku berjalan dalam sepi ………..sendiri,
Menggapai-gapai di antara dinding-dinding hitam.
Dalam kelam malam,
Aku berjalan dalam sepi ……….sendiri,
Dimanakah ada perhentian,
Untuk sejenak rasakan damai
Yang tak pernah bisa kugapai ?

Solo, awal Juli 1988
Dalam sepi
Aku berada di ujung gelisah
Bermain di antara kata-kata
Bersembunyi di penantian yang tak pasti
Karena aku tak tahu apa yang kutunggu

Aku melarikan diri dari ketidaktahuanku
Berjalan tanpa arah
Berlari selagi bisa
Dan terjatuh
Dan terjatuh lagi
Masihkah aku mampu untuk berdiri?

Jakarta, 8 September 2004
Aku tak tahu harus bagaimana
Aku adalah angin
Yang datang lalu menghilang
Begitu saja datang tanpa diundang
Lalu pergi tanpa permisi.
Aku adalah angin
Kadang menyejukkan, tapi tak jarang juga menghancurkan.
Aku adalah angin
Yang datang dan pergi sesukaku
Tak pernah bisa dipegang
Tapi bisa dirasakan.
Aku adalah angin
Yang telah menyentuh hatimu
Dan memporakporandakan perasaanmu.
Aku adalah angin
Yang terbang bersama cintamu
Meski mungkin bukan untukku

Malang, awal April 2001
Kubawa cintamu pergi
Aku berada di negeri asing
Yang membuat hatiku membeku
Dan selau bertanya-tanya di manakah aku

Aku berada di negeri asing
Dan tak pernah tahu arah mana yang harus kutuju

Aku berada di negeri asing
Begitu asing
Sampai aku tak bisa merasakan apa-apa

Aku berada di negeri asing
Begitu asing
Sampai aku tak bisa merasakan apa itu bahagia dan apa itu duka
Sampai aku tak bisa merasakan apa itu tawa dan apa itu air mata

Jakarta......
Ketika lingkungan baru membuatku pusing
Ada malaikat kecil menari di pelupuk mataku
Begitu indah, begitu lincah

Ada malaikat kecil menari di pelupuk mataku
Ingin kurengkuh, menemani hari-hariku


Jakarta, Agustus 2004
Ketika kau tersenyum
Aku sudah sampai pada batasku

dan aku tak bisa melangkah lagi

Waktupun serasa terhenti

dan aku hanya bisa diam termangu




Jakarta, 01 Agustus 2008
Ketika aku mengenali batasku

Sunday, August 10, 2008


Shanghai,
Kota dengan sejuta pesona
Membuatku terpaku di kabut pagi
Jendela yang suram
Pagi yang suram
Sungai yang suram
Segalanya mengabur

Burung-burung putih
Layang-layang
Tepian sungai yang sunyi
Hari masih pagi kataku
Dan aku melangkah dalam kesunyian…sendiri
Tanpamu

Harimu dan hariku
Terpisah oleh keinginan dan keangkuhan
Hatimu dan hatiku
Tidakkah bisa menyatu di tepi sunga Huangpu?

The Bund di pagi yang suram
Tak menyisahkan gemerlapnya lampu-lampu malam
Dan kita terpisah
Bukan oleh takdir
Tapi karena keangkuhan kita
Seandainya saja waktu bisa kuputar menjauh…..

Shanghai, 22 Mei 2005
Ketika kulihat kabut di atas Huangpu




Shanghai dan kabut dan hujan
Gerimis begitu cepat turun
Dan aku memandangmu pergi menjauh dari balik jendela anganku

Kamu dan kenangan
Menghilang bersama bayangan

Shanghai begitu mendung
Ketika kau semakin menjauh

Shanghai, 09 Juli 2006



Ketika Kamu begitu jauh
Tepian sungai Huangpu yang sepi
Kabut dan kesedihan
Shanghai yang beristirahat dari keramaian
Pagi yang dingin
Kapal-kapal yang berjalan dalam diam

Dan aku merindukanmu dalam kesunyian
Bersama kabut dan jendela yang suram

Shanghai 23 Mei 2005
Ketika Kau tak datang
Barcelona dalam dingin
Burung-burung putih terbang di antara ranting-ranting tak berdaun
Pagi yang beku
Gerimis pagi mempersuram kota
Taman yang kosong dan orang-orang bergegas sambil menggigil kedinginan
Mantel bulu, sepatu bot dan tangan yang didekap di dada
Jalanan basah dan payung-payung mengembang
Kabut di Montjuic
Menghalangi pandangan
Bagaimana bisa kunikmati kota?

Barcelona, 26 Februari 2004
Pagi yang dingin



Sampai daun berguguran dan musim berganti menjadi dingin
Aku akan tetap menantimu
Karena apa lagikah yang bisa kulakukan
Selain menunggumu
Selain menatap bayanganmu
Selain mengharapkanmu
Karena aku masih sangat mencintaimu
Meski aku tahu kau tak mungkin jadi milikku

Jakarta, 02 Oktober 2006
Ketika malam berubah menjadi dingin dan aku masih juga menunggumu



Malam itu kamu begitu mempesona
Entah bagaimana caranya bisa kuungkapkan perasaanku.

Haruskah kutunggu sampai daun-daun berguguran
Dan gerimis berjatuhan
Sampai kuberanikan diri
Untuk mengatakannya kepadamu

Haruskah kutunggu sampai dingin menusuk tulangku
Dan bulan berpaling dari malam-malamku
Untuk mengungkapkan perasaanku

Aku tak tahu
Dan aku tak ingin tahu

Biar kunikmati bayangmu, dalam anganku……….
Bersama salju,
Dan angin,
Dan dingin,
Dan malam,
Dan hujan

Jakarta, akhir Mei 2004
Ketika malam begitu romantis



Aku terlalu mencintaimu
Sampai hilang nafsuku
Tinggal rindu yang melebur bersama angin,
Bersama dingin
Dan sunyi yang mencekam

Aku terlalu mencintaimu
Sampai hilang akalku
Tinggal harap yang tak pernah sampai
Menghilang bersama malam

Jakarta 23 November 2005
Kamu…


Ketika hidup mengalir seperti air,
Ikuti saja alirannya
Lewati celah kemanapun ia bisa melaluinya
Beloklah ketika batu besar menghadang
Hancurkan halangan ketika kekuatanmu lebih besar

Jalani hidup seperti air mengalir
Biarkan ia lewat apa adanya
Ketika kecil meresaplah ke dalam tanah
Ketika besar bergabunglah menjadi sungai

Biarkan hidup mengalir seperti air
Karena suatu saat kita akan sampai di perhentian
Samudra besar kehidupan setelah kematian

Jakarta, 25 Agustus 2004
Ketika hidup mengalir seperti air


Pagi masih berkabut
Pohon bamboo, flamboyant, trembesi berbunga putih
Semua terasa dingin
Seekor bajing berlari di dahan trembesi
Seharusnya semua terasa indah
Tapi mengapa aku merasa hampa

Bandung, 26 Maret 2006
Ketika pagi begitu sepi


Tuhan,
Seandainya saja aku bisa menyentuhMu
Ingin kutersungkur dibawah kakimu
Dan bersembunyi di balik jubahmu

Tuhan,
Seandainya aku layak berada di bawah kakiMu,
Ingin selamanya ku ada disana tanpa pernah beranjak dariMu

Tuhan,
Mengapa hidup ini begitu lama harus kujalani,
Sebuah masa penantian yang rasanya tak pernah berakhir
Berapa lama lagi ya Tuhan aku bisa bertahan

Aku yang pengecut berjalan tanpa arah,
Berharap Kau menyelamatkanku

Jakarta, 30 Agustus 2004
Ketika masalah begitu menghimpit

Wednesday, August 6, 2008


Aku sudah selesai
Tidak ada lagi cinta untuk dikejar,
Tidak ada lagi jalan untuk dilalui
Lalu apa lagi?
Mengapa aku masih saja disini
Menunggu akhir kehidupan, yang aku tak tahu kapan
Mengapa masih saja ada hidup yang perlu dijalani
Dan cita-cita yang harus dikejar
Meski aku tak tahu cita-cita apa
Atau mungkin lebih tepat cita-cita siapa?
Aku sudah tidak punya keinginan.
Sudahlah, biar saja sampai disini

Jakarta, 19 Juni 2004
Aku bosan
Ketika sore datang dan aku ingin pulang,
Adakah pintu terbuka untukku?

Ketika tembok-tembok tinggi menghalangi jalanku
Berikan aku sinar Matahari untuk menuntun langkahku

Sore yang romantis,
Sinar Matahari yang semakin tipis

Biarkan aku pulang
Sebelum malam menjelang

Jakarta, 30 Maret 2004
Di antara tembok kantor, dimana jalan keluarnya?

Ada senja disana,
Dan waktu terasa begitu cepat berlalu
Ada sinar mentari membentuk bayang-bayang,
Dan aku harus segera pulang

Jakarta, 14 Januari 2003
Tahunku diawali dengan keraguan

Kamu seperti awan senja
Merah membara,
Penuh gairah,
Begitu indah.
Kamu seperti awan senja,
Perlahan menghitam,
Lalu tak kelihatan.

Jakarta awal Juli 2002
Kamu …..kenapa cepat berlalu ?
Aku ingin memiliki sebuah rumah
Supaya aku bisa pulang
Suatu saat,
Ketika semunya berakhir

Malang, 12 Februari 2001
Mengapa susah sekali mendapatkan sebuah rumah

Tuesday, August 5, 2008


Memandang air yg mengalir sesudah hujan,
Gerimis tinggal satu-satu
& akupun merindukanmu...
Seandainya saja waktu bisa kuputar menjauh
Dan jarak tak lagi utuh
Mungkinkah kau bisa kurengkuh...



Jakarta, 28 Dec 2006

Sore sesudah hujan dan kaupun menjauh
Di suatu saat, di suatu masa,
Aku akan berjalan bersamamu
Di suatu saat di suatu masa,
Akan kugenggam tanganmu
Dan kita tak akan terpisah lagi
Meski aku tak tahu
Entah dimana ini akan terjadi



Jakarta, 28 Dec 2006
Ketika aku menggenggammu dalam bayangan

Poetry whisper

A Poetry to be reflection


If only they could feel what we feel,
If only they could enter the world, we live in,
In the world that we, ourselves do not understand,
Borderless & full of mystery,
A long endless journey to reach the Sun,
For an acceptance, that we are human being who can contribute for this world

Jakarta, May 01, 2002
F.Erika Kusuma Wardani – Indonesia
For all my brothers and sisters who suffered by Schizophrenia, there is still a hope for you






Burung layang2,
Terbang di langit yg suram
Menembus gerimis & dingin musim hujan
Soreku kabur bersama bayanganmu
Yang menghilang di ujung jalan tak bertepi

Jakarta, 26 Dec 2006
Ketika hariku terasa suram bersama bayangmu



Aku ingin bersandar di dadamu
Dan merasakan kelembutan seorang ibu
Ketika bebanku serasa tak tertanggungkan
Maukah kau menyediakan sandaran?
Biar sejenak kulepaskan semua beban
Dan kurasakan kesejukan

Jakarta, 1 September 2007
Aku ingin tidur sejenak di pelukanmu