Translate
Sunday, August 24, 2008
Chao praya dan semua kesedihanmu
Dan rinduku menyatu bersama rindumu
Meski kita terpisah pada penantian yang tak sama
Kamu dan semua dukamu
Aku dan semua masalahku
Kamu dan semua air matamu
Aku dan semua keinginanku
Mungkinkah kita bertemu
Dalam doa
Atau air mata?
Bangkok, Oktober 2006
Aku tak tahu harus berkata apa
Dan rinduku menyatu bersama rindumu
Meski kita terpisah pada penantian yang tak sama
Kamu dan semua dukamu
Aku dan semua masalahku
Kamu dan semua air matamu
Aku dan semua keinginanku
Mungkinkah kita bertemu
Dalam doa
Atau air mata?
Bangkok, Oktober 2006
Aku tak tahu harus berkata apa
Sayangku,
Cintaku mengalir seperti air,
Kadang terbang melayang tak tentu arah
Sayangku
Aku tak tahu harus bagaimana
Kadang cinta ini hinggap kadang terbang
Kadang cinta ini meluap kadang menghilang
Aku hanya ingin jujur padamu
Mengapa cinta ini begitu membingungkan
Cintaku mengalir seperti air,
Kadang terbang melayang tak tentu arah
Sayangku
Aku tak tahu harus bagaimana
Kadang cinta ini hinggap kadang terbang
Kadang cinta ini meluap kadang menghilang
Aku hanya ingin jujur padamu
Mengapa cinta ini begitu membingungkan
Bandung, 2007
Seandainya aku tahu sedalam apa cintamu padaku
Andai saja besok kita tak lagi punya waktu untuk bertemu
Setidaknya malam ini sudah kuberikan senyum termanis untukmu
Seandainya besok kita tak lagi punya waktu untuk bersama
Setidaknya kau tahu, di hati kita selalu ada cinta
Seandainya besok waktu tak lagi berpihak pada kita
Setidaknya engkau tahu, itu bukan mauku karena aku sangat menyayangimu
Seandainya besok Tuhan memanggilku,
Setidaknya kau tahu, waktu tak akan bisa membunuh cintaku
Dan cintaku akan selalu bersamamu, karena aku selalu ada di hatimu,
Meskipun ragaku tak lagi bersamamu
Setidaknya kau tahu, cintaku akan selalu menjaga setiap langkahmu
Jakarta, 30 Juli 2007
Selamat tidur Sayang,
Kupeluk dirimu dalam kehangatan cintaku
Setidaknya malam ini sudah kuberikan senyum termanis untukmu
Seandainya besok kita tak lagi punya waktu untuk bersama
Setidaknya kau tahu, di hati kita selalu ada cinta
Seandainya besok waktu tak lagi berpihak pada kita
Setidaknya engkau tahu, itu bukan mauku karena aku sangat menyayangimu
Seandainya besok Tuhan memanggilku,
Setidaknya kau tahu, waktu tak akan bisa membunuh cintaku
Dan cintaku akan selalu bersamamu, karena aku selalu ada di hatimu,
Meskipun ragaku tak lagi bersamamu
Setidaknya kau tahu, cintaku akan selalu menjaga setiap langkahmu
Jakarta, 30 Juli 2007
Selamat tidur Sayang,
Kupeluk dirimu dalam kehangatan cintaku
Aku memang tidak berhak cemburu,
Ketika kau tinggalkan aku
Dan aku hanya bisa terdiam memandangmu dari jauh
Hari seketika berubah menjadi kelabu
Karena kenangan indah memang hanya kenangan
Sementara kenyataan jauh tertinggal di belakang
Maka kubekukan hatiku
Supaya bisa kusembunyikan perasaan yang tersayat
Supaya bisa kubalut luka di atas luka
dan bisa kututupi duka yang mendalam
Karena memang kau bukan milikku
Bandung, 24Maret 2006
Ketika hari terasa begitu dingin, dan kau pun pergi menjauh
Ketika kau tinggalkan aku
Dan aku hanya bisa terdiam memandangmu dari jauh
Hari seketika berubah menjadi kelabu
Karena kenangan indah memang hanya kenangan
Sementara kenyataan jauh tertinggal di belakang
Maka kubekukan hatiku
Supaya bisa kusembunyikan perasaan yang tersayat
Supaya bisa kubalut luka di atas luka
dan bisa kututupi duka yang mendalam
Karena memang kau bukan milikku
Bandung, 24Maret 2006
Ketika hari terasa begitu dingin, dan kau pun pergi menjauh
Aku melihat seorang anak kecil,
Dengan kaki-kaki kecil,
Melangkah menyusuri jalanan Jakarta.
Aku melihat seorang anak kecil,
Dengan kaki-kaki kecil,
Berjalan dalam langkah-langkah kecil,
Menyusuri debu Jakarta.
Kakinya menghitam,
Tangannya menghitam ,
Wajahnya menghitam,
Akankah hatinya menghitam ?
Jakarta 8 April 2002
Terima kasih pengamen kecil
Dengan kaki-kaki kecil,
Melangkah menyusuri jalanan Jakarta.
Aku melihat seorang anak kecil,
Dengan kaki-kaki kecil,
Berjalan dalam langkah-langkah kecil,
Menyusuri debu Jakarta.
Kakinya menghitam,
Tangannya menghitam ,
Wajahnya menghitam,
Akankah hatinya menghitam ?
Jakarta 8 April 2002
Terima kasih pengamen kecil
Aku merindukanmu,
Bersama angin & hujan,
Bersama titik2 air yg mengalir di kaca jendela,
Bersama langit yg suram & hatiku yg muram,
Karena aku tak lagi bisa melihat senyummu menari2 di pelupuk mataku
Kamu & semua kerinduanku
Soreku begitu dingin tanpa kehadiranmu
Bersama angin & hujan,
Bersama titik2 air yg mengalir di kaca jendela,
Bersama langit yg suram & hatiku yg muram,
Karena aku tak lagi bisa melihat senyummu menari2 di pelupuk mataku
Kamu & semua kerinduanku
Soreku begitu dingin tanpa kehadiranmu
Bogor, 26 Desember 2006
Ketika kulihat gerimis menerpa kaca jendela
Saturday, August 23, 2008
Aku ingin kau ada disini,
ketika rinduku begitu menggebu
Aku ingin kau ada disini,
Dan tersenyum padaku
Menemani hari-hariku
ketika rinduku begitu menggebu
Aku ingin kau ada disini,
Dan tersenyum padaku
Menemani hari-hariku
Ketika bunga gugur,
kuingin kau ada di sini,
Bersamaku menyusuri jalan penuh daun-daun berserakan
Ketika daun gugur,
Kuingin kau ada disini,
Bersamaku menyusuri padang rumput tanpa tepi
Kuingin kau ada disini,
Supaya hatiku bisa kutata kembali
Jakarta, 25 November 2005
Jangan bawa hatiku pergi
kuingin kau ada di sini,
Bersamaku menyusuri jalan penuh daun-daun berserakan
Ketika daun gugur,
Kuingin kau ada disini,
Bersamaku menyusuri padang rumput tanpa tepi
Kuingin kau ada disini,
Supaya hatiku bisa kutata kembali
Jakarta, 25 November 2005
Jangan bawa hatiku pergi
Aku berada di ujung gelisah
Bermain di antara kata-kata
Bersembunyi di penantian yang tak pasti
Karena aku tak tahu apa yang kutunggu
Aku melarikan diri dari ketidaktahuanku
Berjalan tanpa arah
Berlari selagi bisa
Dan terjatuh
Dan terjatuh lagi
Masihkah aku mampu untuk berdiri?
Jakarta, 8 September 2004
Aku tak tahu harus bagaimana
Bermain di antara kata-kata
Bersembunyi di penantian yang tak pasti
Karena aku tak tahu apa yang kutunggu
Aku melarikan diri dari ketidaktahuanku
Berjalan tanpa arah
Berlari selagi bisa
Dan terjatuh
Dan terjatuh lagi
Masihkah aku mampu untuk berdiri?
Jakarta, 8 September 2004
Aku tak tahu harus bagaimana
Aku adalah angin
Yang datang lalu menghilang
Begitu saja datang tanpa diundang
Lalu pergi tanpa permisi.
Aku adalah angin
Kadang menyejukkan, tapi tak jarang juga menghancurkan.
Aku adalah angin
Yang datang dan pergi sesukaku
Tak pernah bisa dipegang
Tapi bisa dirasakan.
Aku adalah angin
Yang telah menyentuh hatimu
Dan memporakporandakan perasaanmu.
Aku adalah angin
Yang terbang bersama cintamu
Meski mungkin bukan untukku
Malang, awal April 2001
Kubawa cintamu pergi
Yang datang lalu menghilang
Begitu saja datang tanpa diundang
Lalu pergi tanpa permisi.
Aku adalah angin
Kadang menyejukkan, tapi tak jarang juga menghancurkan.
Aku adalah angin
Yang datang dan pergi sesukaku
Tak pernah bisa dipegang
Tapi bisa dirasakan.
Aku adalah angin
Yang telah menyentuh hatimu
Dan memporakporandakan perasaanmu.
Aku adalah angin
Yang terbang bersama cintamu
Meski mungkin bukan untukku
Malang, awal April 2001
Kubawa cintamu pergi
Aku berada di negeri asing
Yang membuat hatiku membeku
Dan selau bertanya-tanya di manakah aku
Aku berada di negeri asing
Dan tak pernah tahu arah mana yang harus kutuju
Aku berada di negeri asing
Begitu asing
Sampai aku tak bisa merasakan apa-apa
Aku berada di negeri asing
Begitu asing
Sampai aku tak bisa merasakan apa itu bahagia dan apa itu duka
Sampai aku tak bisa merasakan apa itu tawa dan apa itu air mata
Jakarta......
Ketika lingkungan baru membuatku pusing
Yang membuat hatiku membeku
Dan selau bertanya-tanya di manakah aku
Aku berada di negeri asing
Dan tak pernah tahu arah mana yang harus kutuju
Aku berada di negeri asing
Begitu asing
Sampai aku tak bisa merasakan apa-apa
Aku berada di negeri asing
Begitu asing
Sampai aku tak bisa merasakan apa itu bahagia dan apa itu duka
Sampai aku tak bisa merasakan apa itu tawa dan apa itu air mata
Jakarta......
Ketika lingkungan baru membuatku pusing
Sunday, August 10, 2008
Shanghai,
Kota dengan sejuta pesona
Membuatku terpaku di kabut pagi
Jendela yang suram
Pagi yang suram
Sungai yang suram
Segalanya mengabur
Burung-burung putih
Layang-layang
Tepian sungai yang sunyi
Hari masih pagi kataku
Dan aku melangkah dalam kesunyian…sendiri
Tanpamu
Harimu dan hariku
Terpisah oleh keinginan dan keangkuhan
Hatimu dan hatiku
Tidakkah bisa menyatu di tepi sunga Huangpu?
The Bund di pagi yang suram
Tak menyisahkan gemerlapnya lampu-lampu malam
Dan kita terpisah
Bukan oleh takdir
Tapi karena keangkuhan kita
Seandainya saja waktu bisa kuputar menjauh…..
Shanghai, 22 Mei 2005
Ketika kulihat kabut di atas Huangpu
Kota dengan sejuta pesona
Membuatku terpaku di kabut pagi
Jendela yang suram
Pagi yang suram
Sungai yang suram
Segalanya mengabur
Burung-burung putih
Layang-layang
Tepian sungai yang sunyi
Hari masih pagi kataku
Dan aku melangkah dalam kesunyian…sendiri
Tanpamu
Harimu dan hariku
Terpisah oleh keinginan dan keangkuhan
Hatimu dan hatiku
Tidakkah bisa menyatu di tepi sunga Huangpu?
The Bund di pagi yang suram
Tak menyisahkan gemerlapnya lampu-lampu malam
Dan kita terpisah
Bukan oleh takdir
Tapi karena keangkuhan kita
Seandainya saja waktu bisa kuputar menjauh…..
Shanghai, 22 Mei 2005
Ketika kulihat kabut di atas Huangpu
Barcelona dalam dingin
Burung-burung putih terbang di antara ranting-ranting tak berdaun
Pagi yang beku
Gerimis pagi mempersuram kota
Taman yang kosong dan orang-orang bergegas sambil menggigil kedinginan
Mantel bulu, sepatu bot dan tangan yang didekap di dada
Jalanan basah dan payung-payung mengembang
Kabut di Montjuic
Menghalangi pandangan
Bagaimana bisa kunikmati kota?
Barcelona, 26 Februari 2004
Pagi yang dingin
Burung-burung putih terbang di antara ranting-ranting tak berdaun
Pagi yang beku
Gerimis pagi mempersuram kota
Taman yang kosong dan orang-orang bergegas sambil menggigil kedinginan
Mantel bulu, sepatu bot dan tangan yang didekap di dada
Jalanan basah dan payung-payung mengembang
Kabut di Montjuic
Menghalangi pandangan
Bagaimana bisa kunikmati kota?
Barcelona, 26 Februari 2004
Pagi yang dingin
Sampai daun berguguran dan musim berganti menjadi dingin
Aku akan tetap menantimu
Karena apa lagikah yang bisa kulakukan
Selain menunggumu
Selain menatap bayanganmu
Selain mengharapkanmu
Karena aku masih sangat mencintaimu
Meski aku tahu kau tak mungkin jadi milikku
Jakarta, 02 Oktober 2006
Ketika malam berubah menjadi dingin dan aku masih juga menunggumu
Aku akan tetap menantimu
Karena apa lagikah yang bisa kulakukan
Selain menunggumu
Selain menatap bayanganmu
Selain mengharapkanmu
Karena aku masih sangat mencintaimu
Meski aku tahu kau tak mungkin jadi milikku
Jakarta, 02 Oktober 2006
Ketika malam berubah menjadi dingin dan aku masih juga menunggumu
Malam itu kamu begitu mempesona
Entah bagaimana caranya bisa kuungkapkan perasaanku.
Haruskah kutunggu sampai daun-daun berguguran
Dan gerimis berjatuhan
Sampai kuberanikan diri
Untuk mengatakannya kepadamu
Haruskah kutunggu sampai dingin menusuk tulangku
Dan bulan berpaling dari malam-malamku
Untuk mengungkapkan perasaanku
Aku tak tahu
Dan aku tak ingin tahu
Biar kunikmati bayangmu, dalam anganku……….
Bersama salju,
Dan angin,
Dan dingin,
Dan malam,
Dan hujan
Jakarta, akhir Mei 2004
Ketika malam begitu romantis
Aku terlalu mencintaimu
Sampai hilang nafsuku
Tinggal rindu yang melebur bersama angin,
Bersama dingin
Dan sunyi yang mencekam
Aku terlalu mencintaimu
Sampai hilang akalku
Tinggal harap yang tak pernah sampai
Menghilang bersama malam
Jakarta 23 November 2005
Kamu…
Sampai hilang nafsuku
Tinggal rindu yang melebur bersama angin,
Bersama dingin
Dan sunyi yang mencekam
Aku terlalu mencintaimu
Sampai hilang akalku
Tinggal harap yang tak pernah sampai
Menghilang bersama malam
Jakarta 23 November 2005
Kamu…
Ketika hidup mengalir seperti air,
Ikuti saja alirannya
Lewati celah kemanapun ia bisa melaluinya
Beloklah ketika batu besar menghadang
Hancurkan halangan ketika kekuatanmu lebih besar
Jalani hidup seperti air mengalir
Biarkan ia lewat apa adanya
Ketika kecil meresaplah ke dalam tanah
Ketika besar bergabunglah menjadi sungai
Biarkan hidup mengalir seperti air
Karena suatu saat kita akan sampai di perhentian
Samudra besar kehidupan setelah kematian
Jakarta, 25 Agustus 2004
Ketika hidup mengalir seperti air
Ikuti saja alirannya
Lewati celah kemanapun ia bisa melaluinya
Beloklah ketika batu besar menghadang
Hancurkan halangan ketika kekuatanmu lebih besar
Jalani hidup seperti air mengalir
Biarkan ia lewat apa adanya
Ketika kecil meresaplah ke dalam tanah
Ketika besar bergabunglah menjadi sungai
Biarkan hidup mengalir seperti air
Karena suatu saat kita akan sampai di perhentian
Samudra besar kehidupan setelah kematian
Jakarta, 25 Agustus 2004
Ketika hidup mengalir seperti air
Pagi masih berkabut
Pohon bamboo, flamboyant, trembesi berbunga putih
Semua terasa dingin
Seekor bajing berlari di dahan trembesi
Seharusnya semua terasa indah
Tapi mengapa aku merasa hampa
Bandung, 26 Maret 2006
Ketika pagi begitu sepi
Pohon bamboo, flamboyant, trembesi berbunga putih
Semua terasa dingin
Seekor bajing berlari di dahan trembesi
Seharusnya semua terasa indah
Tapi mengapa aku merasa hampa
Bandung, 26 Maret 2006
Ketika pagi begitu sepi
Tuhan,
Seandainya saja aku bisa menyentuhMu
Ingin kutersungkur dibawah kakimu
Dan bersembunyi di balik jubahmu
Tuhan,
Seandainya aku layak berada di bawah kakiMu,
Ingin selamanya ku ada disana tanpa pernah beranjak dariMu
Tuhan,
Mengapa hidup ini begitu lama harus kujalani,
Sebuah masa penantian yang rasanya tak pernah berakhir
Berapa lama lagi ya Tuhan aku bisa bertahan
Aku yang pengecut berjalan tanpa arah,
Berharap Kau menyelamatkanku
Jakarta, 30 Agustus 2004
Ketika masalah begitu menghimpit
Seandainya saja aku bisa menyentuhMu
Ingin kutersungkur dibawah kakimu
Dan bersembunyi di balik jubahmu
Tuhan,
Seandainya aku layak berada di bawah kakiMu,
Ingin selamanya ku ada disana tanpa pernah beranjak dariMu
Tuhan,
Mengapa hidup ini begitu lama harus kujalani,
Sebuah masa penantian yang rasanya tak pernah berakhir
Berapa lama lagi ya Tuhan aku bisa bertahan
Aku yang pengecut berjalan tanpa arah,
Berharap Kau menyelamatkanku
Jakarta, 30 Agustus 2004
Ketika masalah begitu menghimpit
Wednesday, August 6, 2008
Aku sudah selesai
Tidak ada lagi cinta untuk dikejar,
Tidak ada lagi jalan untuk dilalui
Lalu apa lagi?
Mengapa aku masih saja disini
Menunggu akhir kehidupan, yang aku tak tahu kapan
Mengapa masih saja ada hidup yang perlu dijalani
Dan cita-cita yang harus dikejar
Meski aku tak tahu cita-cita apa
Atau mungkin lebih tepat cita-cita siapa?
Aku sudah tidak punya keinginan.
Sudahlah, biar saja sampai disini
Jakarta, 19 Juni 2004
Aku bosan
Tidak ada lagi cinta untuk dikejar,
Tidak ada lagi jalan untuk dilalui
Lalu apa lagi?
Mengapa aku masih saja disini
Menunggu akhir kehidupan, yang aku tak tahu kapan
Mengapa masih saja ada hidup yang perlu dijalani
Dan cita-cita yang harus dikejar
Meski aku tak tahu cita-cita apa
Atau mungkin lebih tepat cita-cita siapa?
Aku sudah tidak punya keinginan.
Sudahlah, biar saja sampai disini
Jakarta, 19 Juni 2004
Aku bosan
Ketika sore datang dan aku ingin pulang,
Adakah pintu terbuka untukku?
Ketika tembok-tembok tinggi menghalangi jalanku
Berikan aku sinar Matahari untuk menuntun langkahku
Sore yang romantis,
Sinar Matahari yang semakin tipis
Biarkan aku pulang
Sebelum malam menjelang
Jakarta, 30 Maret 2004
Di antara tembok kantor, dimana jalan keluarnya?
Adakah pintu terbuka untukku?
Ketika tembok-tembok tinggi menghalangi jalanku
Berikan aku sinar Matahari untuk menuntun langkahku
Sore yang romantis,
Sinar Matahari yang semakin tipis
Biarkan aku pulang
Sebelum malam menjelang
Jakarta, 30 Maret 2004
Di antara tembok kantor, dimana jalan keluarnya?
Tuesday, August 5, 2008
Poetry whisper
A Poetry to be reflection
If only they could feel what we feel,
If only they could enter the world, we live in,
In the world that we, ourselves do not understand,
Borderless & full of mystery,
A long endless journey to reach the Sun,
For an acceptance, that we are human being who can contribute for this world
Jakarta, May 01, 2002
F.Erika Kusuma Wardani – Indonesia
For all my brothers and sisters who suffered by Schizophrenia, there is still a hope for you
If only they could feel what we feel,
If only they could enter the world, we live in,
In the world that we, ourselves do not understand,
Borderless & full of mystery,
A long endless journey to reach the Sun,
For an acceptance, that we are human being who can contribute for this world
Jakarta, May 01, 2002
F.Erika Kusuma Wardani – Indonesia
For all my brothers and sisters who suffered by Schizophrenia, there is still a hope for you
Burung layang2,
Terbang di langit yg suram
Menembus gerimis & dingin musim hujan
Soreku kabur bersama bayanganmu
Yang menghilang di ujung jalan tak bertepi
Terbang di langit yg suram
Menembus gerimis & dingin musim hujan
Soreku kabur bersama bayanganmu
Yang menghilang di ujung jalan tak bertepi
Jakarta, 26 Dec 2006
Ketika hariku terasa suram bersama bayangmu
Aku ingin bersandar di dadamu
Dan merasakan kelembutan seorang ibu
Ketika bebanku serasa tak tertanggungkan
Maukah kau menyediakan sandaran?
Biar sejenak kulepaskan semua beban
Dan kurasakan kesejukan
Jakarta, 1 September 2007
Dan merasakan kelembutan seorang ibu
Ketika bebanku serasa tak tertanggungkan
Maukah kau menyediakan sandaran?
Biar sejenak kulepaskan semua beban
Dan kurasakan kesejukan
Jakarta, 1 September 2007
Aku ingin tidur sejenak di pelukanmu
Subscribe to:
Posts (Atom)