Translate

Sunday, August 10, 2008

Barcelona dalam dingin
Burung-burung putih terbang di antara ranting-ranting tak berdaun
Pagi yang beku
Gerimis pagi mempersuram kota
Taman yang kosong dan orang-orang bergegas sambil menggigil kedinginan
Mantel bulu, sepatu bot dan tangan yang didekap di dada
Jalanan basah dan payung-payung mengembang
Kabut di Montjuic
Menghalangi pandangan
Bagaimana bisa kunikmati kota?

Barcelona, 26 Februari 2004
Pagi yang dingin



Sampai daun berguguran dan musim berganti menjadi dingin
Aku akan tetap menantimu
Karena apa lagikah yang bisa kulakukan
Selain menunggumu
Selain menatap bayanganmu
Selain mengharapkanmu
Karena aku masih sangat mencintaimu
Meski aku tahu kau tak mungkin jadi milikku

Jakarta, 02 Oktober 2006
Ketika malam berubah menjadi dingin dan aku masih juga menunggumu



Malam itu kamu begitu mempesona
Entah bagaimana caranya bisa kuungkapkan perasaanku.

Haruskah kutunggu sampai daun-daun berguguran
Dan gerimis berjatuhan
Sampai kuberanikan diri
Untuk mengatakannya kepadamu

Haruskah kutunggu sampai dingin menusuk tulangku
Dan bulan berpaling dari malam-malamku
Untuk mengungkapkan perasaanku

Aku tak tahu
Dan aku tak ingin tahu

Biar kunikmati bayangmu, dalam anganku……….
Bersama salju,
Dan angin,
Dan dingin,
Dan malam,
Dan hujan

Jakarta, akhir Mei 2004
Ketika malam begitu romantis



Aku terlalu mencintaimu
Sampai hilang nafsuku
Tinggal rindu yang melebur bersama angin,
Bersama dingin
Dan sunyi yang mencekam

Aku terlalu mencintaimu
Sampai hilang akalku
Tinggal harap yang tak pernah sampai
Menghilang bersama malam

Jakarta 23 November 2005
Kamu…


Ketika hidup mengalir seperti air,
Ikuti saja alirannya
Lewati celah kemanapun ia bisa melaluinya
Beloklah ketika batu besar menghadang
Hancurkan halangan ketika kekuatanmu lebih besar

Jalani hidup seperti air mengalir
Biarkan ia lewat apa adanya
Ketika kecil meresaplah ke dalam tanah
Ketika besar bergabunglah menjadi sungai

Biarkan hidup mengalir seperti air
Karena suatu saat kita akan sampai di perhentian
Samudra besar kehidupan setelah kematian

Jakarta, 25 Agustus 2004
Ketika hidup mengalir seperti air


Pagi masih berkabut
Pohon bamboo, flamboyant, trembesi berbunga putih
Semua terasa dingin
Seekor bajing berlari di dahan trembesi
Seharusnya semua terasa indah
Tapi mengapa aku merasa hampa

Bandung, 26 Maret 2006
Ketika pagi begitu sepi


Tuhan,
Seandainya saja aku bisa menyentuhMu
Ingin kutersungkur dibawah kakimu
Dan bersembunyi di balik jubahmu

Tuhan,
Seandainya aku layak berada di bawah kakiMu,
Ingin selamanya ku ada disana tanpa pernah beranjak dariMu

Tuhan,
Mengapa hidup ini begitu lama harus kujalani,
Sebuah masa penantian yang rasanya tak pernah berakhir
Berapa lama lagi ya Tuhan aku bisa bertahan

Aku yang pengecut berjalan tanpa arah,
Berharap Kau menyelamatkanku

Jakarta, 30 Agustus 2004
Ketika masalah begitu menghimpit

No comments: